Jawa Tengah Sebagai Penumpu Pangan Nasional: Akankah Terwujud Hingga 2045?
Abstract
Jawa Tengah, sebagai salah satu penumpu pangan nasional menghadapi tantangan ketahanan pangan di masa
depan. Walaupun saat ini beras di Jawa Tengah surplus, tetapi produksi dari tahun ke tahun berpotensi mengalami
penurunan. Lahan sawah di Provinsi Jawa Tengah cenderung mengalami penurunan, dan jumlah rumah tangga yang
berusaha pada sektor pertanian juga mengalamipenurunan. Dari sisi permintaan meningkat seiring meningkatnya jumlah
penduduk. Policy brief ini mengacu hasil penelitian BRIDA Provinsi Jawa Tengah tentang ketahanan pangan pada
komoditas beras. Berdasarkan pemodelan sistem dinamis, dihasilkan bahwa ketahanan pangan (beras) di Jawa Tengah
dipengaruhi secara langsung oleh produksi padi, rendemen, dan pertumbuhan penduduk, serta secara tidak langsung
mendapatkan pengaruh dari luasan lahan dan faktor-faktor pendukung produktivitas. Berdasarkan pemodelan tersebut,
ketahanan pangan (beras) akan tetap terjaga hingga 2045 dengan syarat terdapatnya peningkatan luas panen, sistem
persediaan (logistik) yang handal, serta tingkat konsumsi terkendali (jumlah penduduk dan pola konsumsi). Policy brief
ini merekomendasikan kebijakan: 1) konsistensi penerapan LSD (Lahan Sawah Dilindungi); 2) peningkatan produktivitas
dengan pengelolaan sumber daya lahan secara baik; 3) pengembangan alternatif pangan non beras, promosi pola
konsumsi seimbang. Dari aspek teknologi, perlu implementasi pertanian presisi, pemanfaatan varietas unggul,
mekanisasi pertanian, pemanfaatan sistem pemasaran online, pemanfaatan teknologi panen dan pasca panen, serta
sistem informasi logistik terpadu. Dukungan kebijakan akselerasi implementasi teknologi antara lain melalui dukungan
pembangunan sarana/prasarana pertanian, penyuluhan, kredit, dan kebijakan harga pangan